top of page

Festival Pangan Lokal Mentawai 2025: Merdeka dengan Pangan Lokal, Tangguh Menghadapi Bencana

  • Gambar penulis: ycmmentawai
    ycmmentawai
  • 31 Okt
  • 3 menit membaca

Oleh: Rinal Suryadinata

Peserta festival pangan lokal Mentawai 2025 dari masyarakat dan NGO. (Foto Rinal Surydinata/YCMM)
Peserta festival pangan lokal Mentawai 2025 dari masyarakat dan NGO. (Foto Rinal Surydinata/YCMM)

SAUREINU – Semangat kemandirian dan kesiapsiagaan bencana mewarnai Lapangan Bola Desa Saureinu, Rabu (29/10/2025), saat Festival Pangan Lokal Mentawai 2025 resmi dibuka. Mengusung tema “Merdeka dengan Pangan Lokal, Tangguh Menghadapi Bencana,” festival ini tidak hanya menampilkan kekayaan kuliner khas Mentawai seperti keladi, pisang, sagu, serta pangan ekstrem toek (cacing kayu) dan batra (ulat sagu), tetapi juga menjadi panggung sukses bagi kelompok dampingan Program Estungkara, khususnya dari Desa Nemnemleleu.

Kegiatan ini digagas oleh Forum Masyarakat Sipil Mentawai (FORMASi) — kolaborasi berbagai lembaga non-pemerintah seperti Yayasan Sheep Indonesia, YCMM, CDRM & CDS, Jemari Sakato, Fondasi Hidup, LP2M, AMAN, FPRB, dan PMI.


Mewakili Bupati Kepulauan Mentawai, Kepala Pelaksana BPBD Mentawai Laurensius Saruruk menekankan pentingnya ketahanan pangan lokal dalam menghadapi bencana.

“Pangan lokal menjadi penopang utama kehidupan ketika jalur logistik terputus. Dengan menjaga dan mengembangkan pangan lokal, masyarakat tidak hanya melestarikan budaya dan alam, tetapi juga memperkuat ketangguhan dalam menghadapi bencana,” ujarnya.


Festival ini memang digelar bertepatan dengan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional serta peringatan 15 tahun Tsunami Mentawai (25 Oktober 2010), sebagai bentuk edukasi publik tentang pentingnya pangan lokal dalam situasi darurat.


Sebagai tuan rumah, Kepala Desa Saureinu, Tirjelius T. Oinan, mengungkapkan rasa bangganya. “Kami senang menjadi lokasi penyelenggaraan festival ini. Ini momentum untuk mengingatkan kita bahwa pangan lokal adalah warisan budaya sekaligus benteng pertahanan pertama saat bencana,” katanya.

Pangal lokal yang disajikan dalam festival di Desa Saureinu (Foto: Rinal Suryadinata/YCMM)
Pangal lokal yang disajikan dalam festival di Desa Saureinu (Foto: Rinal Suryadinata/YCMM)

Ketua DPRD Mentawai Ibrani Sababalat turut hadir meski sempat terlambat karena agenda kedinasan. Ia menegaskan komitmen DPRD dalam mendukung penguatan ekonomi berbasis kearifan lokal. “Festival ini bukti nyata bahwa masyarakat Mentawai punya modal dasar yang kuat untuk mandiri dan tangguh menghadapi bencana. DPRD akan terus mendukung program seperti ini,” ujar Ibrani.


Koordinator FORMASi dari Yayasan Sheep Indonesia, Ikbal Herdiansyah, menyebutkan bahwa festival ini menjadi ruang kolaborasi antara pelestarian budaya dan kesiapsiagaan bencana. “Pangan lokal yang sering dianggap remeh justru menjadi kekuatan utama keluarga saat krisis. Festival ini juga menumbuhkan kreativitas anak-anak dan perempuan serta memperkuat kerja sama antar komunitas,” jelasnya.


Stan-stan kelompok dampingan NGO menampilkan beragam olahan keladi dan pisang dari keripik, stik keladi, hingga onde-onde keladi cokelat yang seluruhnya ludes terjual.

Sementara dari kelompok rentan, karya anyaman penyandang disabilitas dampingan YCMM dari Nemnemleleu, Gideltinus, juga habis diborong pengunjung.


Kepala Desa Nemnemleleu, Balsanus, mengaku kagum dengan potensi lokal yang ditampilkan. “Festival ini membuka mata kita. Ketika keladi dan pisang didiversifikasi, ternyata bisa jadi makanan enak dan bernilai jual,” ujarnya .


Di bidang kesehatan, PMI Mentawai membuka layanan pemeriksaan golongan darah gratis. Ketua PMI Mentawai Hendri Dori Satoko mengatakan, kegiatan itu selaras dengan semangat festival. “Data golongan darah sangat penting untuk penanganan medis cepat saat bencana. Ini bagian dari kesiapsiagaan terpadu,” jelasnya.


Selain pameran dan bazar, festival juga dimeriahkan dengan Lomba Puisi Anak bertema “Mentawai, Alamku, Pangan dan Bencanaku,” Lomba Masak Pangan Lokal untuk kelompok perempuan dengan fokus pada menu darurat berbasis pangan lokal, serta pertunjukan kesenian tradisional, lomba menggambar, dan mewarnai untuk anak-anak.


Seluruh kegiatan ini menjadi wujud nyata semangat “Merdeka dengan Pangan Lokal, Tangguh Menghadapi Bencana,” memperkuat kesadaran bahwa kemandirian pangan adalah fondasi utama ketangguhan masyarakat Mentawai menghadapi masa depan.


Festival turut dihadiri tujuh kepala desa dampingan, yakni Matobe, Saureinu, Sioban, Mara, Nemnemleleu, Beriulou, dan Bosua, serta dua desa dari Kecamatan Sipora Utara: Sipora Jaya dan Sido Makmur. Sejumlah pejabat daerah juga hadir, termasuk Camat Sipora Selatan, Kepala Dinas DPMD2KB, Kepala BPBD, Diskominfo, serta Kadis Perindagkop dan UMKM. Seluruh rangkaian acara disiarkan langsung melalui LPP Radio Sasaraina FM.


 
 
 

Komentar


PADANG

YAYASAN CITRA MANDIRI MENTAWAI

Jl. Gng Semeru IV No 3

Kel.Gunung Pangilun, Kec. Padang Utara 

Padang 25137

TUA PEJAT

YAYASAN CITRA MANDIRI MENTAWAI

Jln Raya Tuapeijat KM 8

Gang Beringin

Kabupaten Keb Mentawai

KONTAK

T: +62 (0751) 35528

E: ycmm@ycmmentawai.org

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • LinkedIn
  • YouTube
  • TikTok

Subscribe to Our Newsletter

© 2018 by Yayasan Citra Mandiri Mentawai. Design by Sustainable Vagabonds

MITRA

09022016053154-ycmm.jpeg
th.jpg
Logo DCV_1.png
09022016053349-ycmm.jpeg
09022016052923-ycmm.jpeg
09022016053022-ycmm.jpeg
09022016053312-ycmm.jpeg
bottom of page