Penulis: Bambang Sagurung
TUAPEIJAT-Penanganan kasus stunting masyarakat memerlukan kerjasama semua pihak dengan memanfaatkan pangan lokal dan pola asuh yang benar. Hal itu disampaikan kepala seksi pemerintahan kecamatan Siberut Utara, M Sitorus dalam acara rembuk stunting tingkat Desa Malancan.
"Tidak semua bahan untuk makanan tambahan stunting itu dibeli di luar tapi ada juga di lokal tinggal mengolahnya semenarik mungkin agar anak tertarik untuk mengkonsumsinya,” jelasnya, 4 November lalu.
Selain memanfaatkan makanan tambahan dari pangan lokal, juga pola asuh yang benar dari orangtua anak itu sendiri. "Meski makanan tambahan sudah ada tapi kalau pola asuhnya juga tidak benar maka tetap tidak tertangani,” katanya.
Penanganan kasus stunting di Desa Malancan mendapat perhatian serius karena dari data Puskesmas Sikabaluan, Desa Malancan merupakan desa yang tertinggi kasus stunting dari enam desa yang ada, yaitu 44 kasus stunting dari 50 kasus di 2024 ini. Dari sembilan dusun yang ada kasus tertinggi ada di Dusun Terekanhulu sebanyak 12 kasus, Malancan 11 kasus, Langgurek 9 kasus, Sinaki 3 kasus, Ukra 3 kasus dan 1 kasus di Sirilanggai.
"Penanganan stunting ini lebih pada pola asuh anak terkait pola makan. Ada anak yang dikasih makan nasi tapi pakai kuah mie instan agar lebih praktis," kata Fanny Karmila, tenaga gizi di Puskesmas Sikabaluan.
Selain makanan, tren baru yang banyak terjadi di masyarakat yaitu menceraikan anak dari menyusu dengan menggantinya dengan minuman teh hingga minuman kemasan seperti ale-ale dan minuman saset lainnya yang harganya sangat ekonomis.
"Di Kampung kita banyak ikan di sungai dan laut. Kalau dapat udang yang ditangkap di sungai jangan dijual utamakan anak dan keluarga," katanya.
Tak hanya itu. Ada keluarga yang aktifitas orang tuanya mencari ikan dilaut, di sungai namun hasilnya dijual dan untuk anak dan keluarga dibelikan mie karena merasa lebih berharga. "Lebih baik beli telur dari pada mie," tegasnya.
Untuk makanan tambahan keluarga, dikatakan Fanny, dapat memanfaatkan makanan pangan yang ada di lokal seperti keladi, sagu, pisang dan lainnya. Namun yang utama dalam asupan sehari-hari lengkap dengan karbohidrat dan protein.
"Tergantung pengolahannya agar anak tertarik untuk mengkonsumsi karena sehat tidak harus mahal," katanya.
Lebih Lanjut dikatakan Fanny, untuk kesalahan pendataan di tiap desa yang dilakukan oleh kader dibantu petugas kesehatan yang ada di Polindes dan Pustu sangat kecil kemungkinan karena selain rutin setiap tahun ada pelatihan kader Posyandu juga alat pengukuran berat badan, tinggi badan sudah menggunakan alat yang bagus bantuan dari Surfaid International-Indonesia.
"Jadi sudah kecil kemungkinannya dari data karena sudah alatnya bagus dan ada pelatihan secara berkala kepada kader posyandu," katanya.
Meskin kasus stunting yang tertangani di Malancan hanya enam kasus dengan anggaran penanganan stunting dari desa tahun anggaran 2024 sebesar Rp107 juta, namun diharapkan tidak lagi ada penambahan kasus stunting.
"Sekarang ini masih ada satu keluarga itu dua kasus stunting. Kita cegah bersama agar kasusnya tidak meningkat dan teratasi", jelasnya.
Kepala Dusun Sibeuotcun, Nason mengatakan, ada di beberapa keluarga yang ada di dusun yang orangtua anak menceraikan anaknya menyusu dengan mengganti minum teh yang dibuat dalam botol atau dot.
"Saya memberikan teguran karena itu salah. Kalau tidak mau menyusui anak maka jangan melahirkan. Sehingga penting juga peran semua pihak memberikan pemahaman", katanya.
Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pujirahayu dalam dialog Pemda Mentawai bersama perwakilan kelompok marginal di tiga desa dampingan Program Estungkara-YCMM di aula Bappeda Mentawai, 13 November 2024 mengatakan perlu adanya kolaborasi semua pihak dalam menangani stunting baik dari pihak pemerintah seperti Dinas Kesehatan, PUPR, DPKP, Pendidikan dan juga masyarakat itu sendiri.
"Misalnya oleh perempuan muda tidak menikah dini karena ini sangat rentan. Selain dari pola asuh anak yang tidak akan baik, juga rawan dengan kasus kematian anak dan ibu karena janin yang tidak kuat," katanya.
Selain itu, pola asuh dalam keluarga sangat rawan tidak baik karena pernikahan dini.
"Juga kepada kepala keluarga untuk rajin mencari nafkah untuk kebutuhan anak dan istri. Mengutamakan membeli asupan gizi anak daripada rokok dan lainnya yang tergantung pada pola pikir dan pola asuh anak", katanya.
Berdasarkan data dari berbagai sumber, pangan lokal memiliki keunggulan dan manfaat. Diantaranya makanan yang didapat jauh lebih segar, memiliki nilai gizi yang tinggi, harga jauh lebih murah dan mendukung perekonomian keluarga.
Sumber karbohidrat yang ada di lokal diantaranya sagu, beras, pisang, keladi. Untuk protein yaitu ikan, udang, ayam, telur dan kepiting. Vitamin dan mineral diantaranya kangkung, bayam, jantung pisang, pepaya, durian, nangka, rebung, kacang panjang, mentimun dan pakis.
Tulisan ini sudah tayang di mentawaikita.com
Comments